Sunday, 24 March 2013

Tentang Rasa Dan Janji Setia

Saya masih bingung tentang rasa. Sebuah sebab untuk menghalalkan banyak hal yang haram. Sebuah akibat yang tidak hanya akan merugikan sang pelaku. Rasa itu tidak pernah bisa memuaskan para pemiliknya, hanya tindakan nyata yang bisa. Tindakan? Saya tidak tahu apa itu. Saya tidak tahu harus berbuat apa atas kenyataan-kenyataan dan rasa-rasa yang saya miliki. Tapi apakah seharusnya rasa saya dijadikan terdakwa atas kesalahan-kesalahan? Siapa jaksanya?! Hakimnya orang lain? Kalau begitu otak saya dengan senang hati menjadi pengacara. Yang akan membela apapun yang terdakwa lakukan terlepas hal itu baik atau benar bagi orang lain.

Saya tidak tahu apa yang dipikirkan orang-orang lain saat tahu saya berkata seperti itu. Saya tidak membenarkan tindakan-tindakan saya. Tidak. Saya menyatakan disini bahwa apapun yang terjadi saya tidak peduli. Saya tidak peduli akan ada yang datang atau pergi dari kehidupan saya. Biarkan tuhan yang menentukan. Bukankah lelaki yang baik untuk wanita yang baik? Dan sebaliknya juga berlaku kan? Lalu untuk apa saya menunggu wanita yang tidak baik? Well, saya setuju mengatakan bahwa saya bukan lelaki yang baik. Hanya sampah yang entah kenapa dengan kebetulan-kebetulan dana anugerah tuhan yang saya salah-gunakan bisa berada di tempat yang mungkin diimpikan banyak orang.

Sudahlah. Tidak perlu berkomentar banyak-banyak. Otak saya menyarankan saya untuk tidak terlalu peduli dengan rasa dan segala konsekuensinya, termasuk janji setia. Well, kalau ada yang tidak setuju. Terima kasih. Tapi saya sedang tidak ingin berdebat. Saya sedang berada dalam posisi mempertahankan diri. Lebih baik jangan diserang dengan cara berlebihan. Saya rasa tidak peduli adalah jalan pilihan terbaik untuk saat ini.

0 comments:

Post a Comment