Thursday, 21 February 2013

Kisah Kasih Dunia Maya

Orang yang sedang jatuh cinta rasanya ingin ketemu terus, pengin ngikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan yang dicintainya, pengin tahu semua kegiatan yang dicintainya bahkah rela berkorban apa saja demi yang dicintainya.

Ada yang bilang bahwa cinta terasa menyesakkan dada sehingga harus diungkapkan kepada pihak yang dijatuhi cinta. Cinta membuat seseorang berdebar-debar, berkeringat dan salah tingkah bila berada di dekat si dia. Semuanya ini bisa dijelaskan secara psikologis maupun fisiologis.

Pada saat kita tertarik pada orang lain, otak kita mengirimkan signal ke tubuh untuk memproduksi hormon tertentu yang akhirnya memunculkan reaksi-reaksi seperti di atas. Lantas bagaimana dengan mereka yang jatuh cinta di dunia maya, teristimewa mereka yang jatuh cinta melalui sarana internet chatting?

Banyak orang yang jatuh cinta di chatting. Menariknya, percintaan jarak jauh (long distance relationship) dengan sarana chatting biasanya berawal dari perjumpaan di chatroom dengan orang yang tidak jelas dan berawal dari iseng. Chatting just for fun! Meski hanya berawal dari iseng toh fakta banyak chatter (pengguna fasilitas chat) yang menjalin cinta dengan orang yang tak dikenalnya melalui chatting. Berkat chatting ada juga orang yang menemukan pasangan hidupnya. Bagi penulis, chatting mau tidak mau kini tidak boleh dipandang sebelah mata: sisi untuk fun-fun saja.

Bukan rahasia lagi, kecenderungan chatter di dunia maya ingin me-maya-kan diri. Banyak chatter yang menyembunyikan identitas aslinya. Memang, sudah menjadi sifat manusia untuk tidak mudah percaya dengan orang yang baru dikenalnya. Para chatter biasanya menggunakan nickname yang unik, asing, menarik dan kadang konyol. Cowok_keren, co_cute, cewek_imut, gadis_caem adalah beberapa contoh dari jutaan nickname yang biasa berkelana di chatroom.

Tidak sebatas nama yang dimayakan, informasi yang berhubungan dengan usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat kerja, dan bahkan marital status pun sering dipalsukan.

Para chatter sepertinya sudah saling mengerti dan meyakini bahwa lawan bicaranya pun cenderung “omong kosong“ karena ia pun melakukan hal yang sama. Para chatter itu menikmati obrolan mereka. Meski demikian, ada juga chatter yang mengedepankan kejujuran dan aspek-aspek obrolan dan diskusi yang bermanfaat.

Cinta dan ketertarikan itu memang sering membutakan akal sehat. Penulis sendiri kadang heran dengan beberapa fakta, banyak orang yang gandrung chatting (maniak chatting) dan mendapatkan cinta di sana. Banyak kegilaan yang dilakukan seseorang demi chatting. Ada yang meninggalkan jam-jam sekolah, menomorduakan pekerjaan kantor dan bahkan ada yang meninggalkan anak dan isterinya demi seorang asing yang dikenalnya di dunia chatting. Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi?

Curhat habis-habisan dimungkinkan. Bukan tidak mungkin kata-kata yang termuati perasaan atau mengungkapan perasaan tertentu ternyata sampai juga ke lawan bicaranya. Kata-kata lantas menjadi media untuk kontak batin. Ungkapan perasaan yang dialami seseorang terdialogkan dengan lawan bicaranya. Buktinya, ada banyak orang yang sedang chatting bisa tiba-tiba tertawa, melotot, mengerutkan dahi dan bahkan menangis.

Sebagian dari kita mungkin heran melihat seseorang yang tertawa atau menangis di depan layar monitor komputer. Ya itulah faktanya. Dengan ini penulis mau mengatakan bahwa kata-kata itu memiliki kekuatan untuk menggerakkan batin dan perilaku lahiriah seseorang. Tapi dalam hal ini harus juga hati-hati, jangan sampai kita terbuai oleh kata-kata saja.

Kedua, perhatian dan kasih sayang seseorang yang dikenal di dunia chatting kadang juga memiliki makna sebanding dengan seseorang yang dikenal secara fisik. Setelah chatting yang biasa berlanjut dengan tukar nomor handphone, perhatian dan kasih sayang terbentuk dan terbuka lebar via jaringan selular tersebut. Perhatian dan kasih sayang kian bertambah.

Ketiga, adanya media bantu seperti webcam dan ikon-ikon yang mengungkapkan perasaan seseorang ternyata sangat berpengaruh. Kendala pertemuan fisik yang selama ini bisa dibilang tak terwujud, kini bisa dijembatani dengan webcam. Orang dengan jelas bisa melihat lawan bicaranya. Jarak menjadi tak terpikirkan. Sepertinya lawan bicara sungguh berada di hadapannya. Selain itu ungkapan-ungkapan yang tak bisa disalurkan dengan kata-kata kini bisa terwakili dengan ikon-ikon simbol perasaan seseorang.

Keempat, adanya kemungkinan kopi darat (pertemuan fisik) menjadi sarana penting dalam jalinan cinta. Seseorang yang datang dari dunia maya sering kali berbeda seratus persen dengan fakta lahiriah sewaktu kopdar. Makanya tidak mengherankan, banyak orang yang setelah kopdar lantas kecewa berat. Selain itu itu, ada yang janji kopdar tapi hanya berani mengintip dari kejauhan dan tidak berani ketemu langsung. Meski begitu, kopdar toh bagi sebagian orang juga membahagiakan.

Meski demikian, dari fakta banyaknya kekecewaan yang ada, ada pula cinta yang berawal dari chatting bisa berlanjut ke pernikahan. Dari sudut inilah penulis cukup terbuka bahwa cinta di dunia maya itu tidak sepenuhnya negatif. Jatuh cinta di dunia maya, why not! Chatting hanyalah sarana dan sarana itu bukan sarana yang menyimpang.
Tidak hanya cinta, persahabatan, pertemanan dan persaudaraan pun lantas kian erat dengan adanya chatting. Tapi, bukankah persaudaraan, persahabatan dan pertemanan juga bagian dari cinta?

1 comments:

  1. Setuju.cinta berasal dari dumay tiada salahnya. kita bisa dpt menenilai seseorang walau tak awalnya blm pernah ketemu.

    ReplyDelete